Lil Happy Family ~ Chapter Five (1/3)

Baca [Daftar Isi] di sini

[Chapter sebelumnya]

 

Chapter 5. SW is Unique

Part one. Di Pintumu Aku Mengetuk

Sisi menyenangkan menjadi yang dipimpin adalah kedamaian dan ketentraman hidup. Bisa simming dengan restu penuh para leader karena medali climber juga dibutuhkan ally. Menyediakan def jika diminta, semampunya, jika tak terkejar eta pun tinggal minta maaf. Dan ketika korban perang mulai berguguran, kita tinggal ‘merawat’ desa-desa yang ditinggalkan –via chiefing. Begitulah phi menjalani perannya di ts3.

Kebetulan pula Templars (selanjutnya cukup disebut T) merupakan aliansi yang sangat tenang. Terlalu tenang, bahkan. Setiap pekan T hanya menambah koleksi pita biru mereka. Kadang kala pita hijau atau merah menghiasi, tapi pita ungu hampir tak pernah diperoleh lagi. Dot warna-warni pun mulai menghiasi halaman ally. Bahkan pemilik 15c di 7×7 phi pun perlahan berubah menjadi abu-abu hingga dikeluarkan dari ally. Untunglah ia belum menjadikan croppernya sebagai caps. Sukseslah phi memiliki caps hasil chief cropper tetangga tsb.

Pendiri dan pengurus ally di awal server satu per satu mulai menghilang dari peredaran. Hidsan, pemilik id MNC, adalah satu pengurus yang masih bertahan aktif menjelang midgame. Hidsan juga merupakan diplomat T yang turut membidani lahirnya Immortal Project (IP) sebagai kekuatan baru penyatu SW. Sebagai orang yang telah mendeklarasikan diri sebagai pembela tanah leluhurnya, phi pun lega merasa telah menemukan ‘rumah’. MM dari ES (Emil) untuk seluruh IP membuat phi menemukan alasan untuk terus bermain hingga akhir untuk SW.

Tak butuh waktu lama bagi phi untuk mengenal sosok di balik id MNC. Hidsan hanyalah orang yang bermain travian benar-benar sebagai selingan di tengah kesibukannya bekerja di perusahaan yang ia jadikan nick-nya. Jam ol sekedarnya, skill bermain yang pantas -demi tidak mengatakan rata2, pun tak ada yang istimewa dalam skill diplomasi maupun leadershipnya. Ia hanyalah seorang yang berhati sangat baik yang terperangkap dengan titel sebagai leader sejak awal-awal T terbentuk. Dan kini, makin terbebani dengan titel barunya di IP.

Tak butuh waktu lama pula untuk seorang altruist seperti Hidsan untuk menyadari bahwa T memiliki masa depan suram. Hanya sekitar sepuluh orang yang ‘berbunyi’ di T dari puluhan anggotanya. Ia pun berusaha mendapat tambahan tangan untuk meringankan bebannya. Ada satu orang yang cukup aktif di grup BBM T yang menurutnya layak. Siapa lagi kalau bukan seorang emak-emak yang selalu dikuntit oleh kutukan Kala untuk mengurus ally-ally madesu: phi. Hidsan pun mencantumkan nama si emak ke profil ally. Dan menambah jumlah grup yang phi ikuti, Hidsan pun mengundang phi ke grup grup BBM koordinasi ally SW.

Tahu diri akan perannya, phi pun meminta ‘wejangan’ kepada Emil ke mana T baiknya diarahkan. Tak selalu puas dengan jawaban-jawabannya, phi mengklasifikan Emil sebagai ‘bukan leader yang cakap seperti harapannya’. Tapi setidaknya, dia masih mendapat nilai bagus untuk item ‘berhati baik’ dalam checklist standar minimal leader yang phi harapkan.

“Alhamdulillah leadershipnya ga kek Acan,” komentar phi membandingkan dengan seseorang dari masa lalunya.
“Waduh, leadership saya juga kacau,” kilah Emil.
“Ga pha-pha,” sahut phi. “Saya siap untuk ga menang koq, di server ini. Seenggaknya leadernya humble. Daripada yang sesumbar untuk menang tapi ga ngurus ally,” phi membandingkan. “Hahaha, jangan sesek ya bajunya dibilang humble :p”

Kalimat itu phi lontarkan dengan penuh kesadaran bahwa meski SW tak punya masa depan cerah sekalipun nantinya, itu cukup sebagai alasan baginya untuk ikut mati dan hancur bersama IP.

“Aku telah mengetuk pintu rumah ini (IP). Dan inilah saatnya aku belajar untuk tetap berada di kawanan dan keluarga ini meski apapun yang terjadi,” tekad phi. “Jangan jadi orang yang hanya ingin mencari tempat berteduh, lalu meninggalkan begitu saja orang yang memberimu tempat berteduh hanya karena ternyata ia sedikit berpenyakit, phi,” pesan kata hatinya…

 

Bersambung ke [Chapter 5 Part 2]

+1
0
+1
0
+1
0